Legenda
Desa Golan dan Desa Mirah
Oleh
Nita (13.8.03.51.31.1.5.3186)
Mitos itu terus berkembang dalam masyarakat sejak dahulu hingga sekarang,
seperti di Kabupaten
Ponorogo Jawa Timur, terdapat sungai yang mengalir diantara 2 desa yakni desa
Golan dan desa Mirah. Anehnya, selama bertahun-tahun air di sungai tersebut
tidak mau mencampur layaknya air dan minyak, sampai sekarang. Begitupun halnya
dengan masyarakat yang hidup di dua desa tersebut tidak akan bias bersatu, dan
hidup berdampingan. Ada beberapa contoh yang sering terjadi ketika penduduk
desa tersebut berada di satu tempat diantaranya:
1.
Jika
yang mengadakan pernikahan mengundang orang yang berasal dari 2 desa tersebut,
maka lampu pernikahan akan mendadak mati.
2.
Dalam
satu warung makan atau kopi terdapat 2 orang dari desa tersebut maka ibu yang
memasak air tidak akan matang sampai kapanpun.
3.
Ada
orang yang memiliki hajatan kunjungan wisata, tetapi sepanjang perjalanan ban
bus yang ditumpangi bocor sampai 3 kali, orang-orang merasa heran. Padahal bus yang
disewa sangat layak untuk dipakai. Setelah kunjungan selesai, baru diketahui
jika rombongan yang ikut terdapat dua orang dari desa Golan dan Mirah.
Sampai saat ini kenyataan sungai yang mengalir di kedua desa
tersebut tetap tidak mau mencampur dan masih ada. Kepercayaan terkait mitos dan
pantangan untuk hidup berdampingan juga masih dipegang teguh oleh kedua
masyarakat tersebut, memang kedua desa sudah tidak bermusuhan seperti dulu,
akan tetapi pantangan dan kepercayaan tersebut masih melekat pada keduanya.
Itulah beberapa mitos yang
berkembang dimasyarakat. Berkembangnya mitos tersebut tidak lepas dari cerita
turun tenurun yang diwariskan leluhur. Cerita tersebut terus berkembang
dimasyarakat hingga sekarang. Berikut sedikit cerita Golan Mirah.
Pada zaman dahulu di Desa Golan
hiduplah seoarang tokoh terkenal yang memiliki kesaktian yang tinggi serta
gagah berani sehingga disegani oleh masyarakat sekitar. Orang itu bernama Ki
Ageng Honggolono. Karena kebijaksanaan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Ki
Ageng Honggolono, beliau diangkat menjadi Palang atau kepala desa dan mendapat
sebutan Ki Bayu Kusuma. Ki Ageng Honggolono memiliki adik sepupu yang bernama
Ki Honggojoyo yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Mirah. Ki Ageng
Honggolono memiliki seorang putra yang tampan dan gagah perkasa yang
bernama Joko Lancur. Joko Lancur adalah pemuda tampan yang mempunyai hobi
menyabung ayam dan mabuk-mabukan. Sedangkan Ki Ageng Mirah mempunyai putri yang
sangat cantik yang bernama Mirah Putri Ayu. Mirah Putri Ayu menjadi bunga desa
dan mendapat julukan Mirah Kencono Wungu.
Joko Lancur memiliki kegemaran menyabung ayam,
kemanapun ia pergi tak pernah pisah dari ayam jago kesayangannya. Pada suatu
hari ketika akan menyabung ayam, Joko Lancur melewati Mirah. Ditempat itulah
ayam kesayangannya lepas. Maka gundahlah hatinya Karena peristiwa itu. Berbagai
cara dilakukannya untuk menangkap ayam itu namun tidak berhasil. Sampai
akhirnya ayam tersebut masuk ke ruang dapur Ki Ageng Mirah. Mirah Putri Ayu yang
sedang membatik di dapur sangatlah terkejut melihat ada seekor ayam jantan yang
masuk ke dalam rumahnya. Mirah Putri Ayu berhasil menangkap ayam tersebut, dan
sangatlah senang hatinya karena ternyata ayam tersebut sangatlah jinak.
Tak lama kemudian masuklah Joko Lancur yang
mencari ayamnya, alangkah kagetnya Joko Lancur melihat ayam kesayangannya
berada dalam pelukan perawan jelita yang belum dikenalnya. Joko Lancur tidak
segera meminta ayam kesayangannya, namun terpesona kecantikan Mirah Putri Ayu. Sebaliknya
Mirah Putri Ayu juga sangat mengagumi ketampanan Joko Lancur. Keduanya saling
curi pandang, berkenalan hingga menaruh suka diantara mereka. Joko Lancur tidak
mengetahui jika ternyata pamannya Ki Ageng Mirah memiliki putri yang sangat
cantik dikarenakan Mirah Putri Ayu merupakan gadis pingitan yang tidak boleh
bergaul dengan sembarang orang. Ditengah keasyikan obrolan mereka, tiba-tiba Ki
Ageng Mirah masuk kedapur dan menemukan Joko Lancur sedang berdua dengan
putrinya. Ki Ageng Mirah marah kepada Joko Lancur karena dianggap tidak
memiliki tata karma serta tidak memiliki sopan santun karna telah berani masuk
kerumah orang lain tanpa meminta ijin pemilik rumah terlebih dahulu. Joko
Lancur menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, namun Ki Ageng Mirah tidak mau
peduli penjelasan Joko Lancur. Akhirnya Joko Lancur diusir dan disuruh segera
meninggalkan rumah Ki Ageng Mirah. Joko Lancur segera pulang dengan perasaan
malu dan cemas, namun dibenaknya selalu teringat akan kecantikan Mirah Putri
Ayu.
Waktu terus berjalan, Joko Lancur tidak seperti
biasanya yang selalu pergi dengan ayam kesayangannya, namun Joko Lancur lebih
sering mengurung diri dalam kamar, sering melamun,menyendiri, sering tidak
makan dan tidak tidur karena memikirkan Mirah Putri Ayu. Keadaan ini akhirnya
diketahui ayahnya Ki Ageng Honggolono. Setelah ditanya, Joko Lancur
menyampaikan kepada ayahnya jika dirinya sedang jatuh hati pada Mirah Putri
Ayu. Karena Joko Lancur merupakan anak semata wayangnya, Ki Ageng Honggolono
segera menuruti keinginan putranya untuk melamarkan Mirah Putri Ayu.
Berangkatlah Ki Ageng Honggolono menuju rumah Ki
Ageng Mirah untuk melamar Mirah Putri Ayu. Kedatangan Ki Ageng Honggolono
disambut dengan muka ceria oleh Ki Ageng Mirah, meskipun dalam benak Ki Ageng
Mirah tidak sudi memiliki calon mantu seorang penjudi sabung ayam. Ki Ageng
Mirah berupaya menolak lamaran tersebut dengan cara yang halus agar tidak
menusuk perasaan keluarga Ki Ageng Honggolono, maka diterimalah lamaran
tersebut dengan beberapa syarat diluar kemampuan manusia. Syarat yang diajukan
Ki Ageng Mirah adalah supaya dibuatkan bendungan sungai untuk mengairi
sawah-sawah di Mirah serta serahan berupa padi satu lumbung yang tidak boleh
diantar oleh siapapun, dalam arti lumbung tersebut berjalan sendiri. Syarat
tersebut disanggupi oleh Ki Ageng Honggolono.
Dengan kesanggupan Ki Ageng Honggolono untuk
memenuhi persyaratan tersebut, Ki Ageng Mirah merasa khawatir dan berusaha
menggagalkan pembuatan bendungan dan pengumpulan padi yang dilakukan Ki Ageng
Honggolono. Sementara itu Ki Ageng Honggolono dengan bantuan murid-muridnya
bekerja keras untuk membuat bendungan dan mengumpulkan padi. Berkat kerja
kerasnya dalam waktu yang singkat syarat yang diajukan Ki Ageng Mirah mendekati
keberhasilan. Dengan melihat apa yang dilakukan Ki Ageng Honggolono, Ki Ageng
Mirah menemukan strategi untuk menggagalkan apa yang dilakukan Ki Ageng
Honggolono. Ki Ageng Mirah meminta bantuan Genderuwo untuk mengganggu pembuatan
bendungan serta mencuri padi-padi yang sudah dikumpulkan.
Apa yang dilakukan Ki Ageng Mirah
diketahui oleh Ki Ageng Honggolono. Ki Ageng Honggolono tidak mau lagi mengisi
lumbung dengan padi, tetapi diganti dengan damen (jerami) dan titen (kulit
kedelai). Dengan kesaktian yang dimiliki Ki Ageng Honggolono, damen dan titen
tersebut disabda menjadi padi. Mengetahui isi lumbung bujan padi, genderuwo
utusan Ki ageng Mirah beralih mengganggu pembuatan bendungan dengan menjebol
bendungan yang belum selesai dibuat. Namun ternyata hal tersebut juga diketahui
oleh Ki Ageng Honggolono. Ki Ageng Honggolono kemudian meminta bantuan kepada
buaya yang jumlahnyaa ribuan untuk menangkap genderuwo ketika mengganggu
pembuatan bendungan. Akhirnya genderuwo dapat dikalahkan dan pembuatan
bendungan berjalan lancar.
Semua persyaratan sudah lengkap, Ki Ageng
Honggolono menyabda lumbung padi untuk berangkat sendiri, diikuti oleh
rombongan mempelai laki-laki. Awal kedatangan rombongan mempelai laki-laki
disambut baik oleh Ki Ageng Mirah. Namun Ki Ageng Mirah juga bukan orang biasa,
dengan kesaktiannya Ki Ageng Mirah tahu apa isi sebenarnya lumbung padi yang
dibawa mempelai laki-laki. Dihadapan para tamu yang hadir Ki Ageng Mirah
menyabda lumbung tersebut dan seketika berubahlah padi dalam lumbung menjadi
damen dan titen.
Dengan peristiwa tersebut terjadilah adu
lidah dan berlanjut adu fisik antara Ki Ageng Honggolono dan Ki Ageng Mirah.
Ketika terjadi percekcokan, Joko lancur mencari mirah Putri Ayu, keduanya tahu
apa yang terjadi diantara kedua ayahnya sehingga mereka memutuskan untuk bunuh
diri bersama. Masih bersamaan terjadinya peperangan, bendungan yang dibuat Ki
Ageng Honggolono ambrol dan terjadilah banjir bandang yang menewaskan banyak
orang.
Usai peperangan Ki Ageng Honggolono berhari-hari
mencari putra kesayangannya, Joko Lancur. Tetapi ternyata ketika ditemukan
putranya sudah tewas bersama kekasih dan ayam kesayangannya. Jasad Joko Lancur
kemudian dimakamkan bersama ayam jagonya dan makam tersebut diberi nama Kuburan
Setono Wungu.
Dari peristiwa yang telah usai, dihadapan para muridnya Ki Honggolono
besabda :
“Wong
Golan lan wong Mirah ora oleh jejodhoan. Kaping pindo,isi-isine ndonyo soko
Golan kang ujude kayu, watu, banyu lan sapanunggalane ora bisa digowo menyang
Mirah. Kaping telu, barang-barange wong Golan Karo Mirah ora bisa diwor dadi
siji. Kaping papat, Wong Golan ora oleh gawe iyup-iyup saka kawul. Kaping
limone, wong Mirah ora oleh nandur, nyimpen lan gawe panganan soko dele"
yang artinya,
"orang
Golan dan orang Mirah tidak akan terjadi perkawinan,yang kedua isi dunia dari
Golan yang berupa kayu,batu,banyu,dan yg lainnya tidak bisa dibawa ke
Mirah,yang ketiga, barang-barang dari Golan maupun Mirah tidak bisa
menyatu,yang keempat orang Golan tidak boleh membuatatap dari jerami,yang
kelima orang Mirah tidak boleh menanam,menyimpan,dan membuat makanan dari
kedelai"
Semenjak kehilangan
putra kesayangannya Ki Ageng Honggolono banyak merenung. Walaupun banyak
harta melimpah ternyata tidak membuat hidupnya tenang dan tidak mendapatkan
ketenangan batin. AkhirnyaKi Ageng Honggolono insyaf dan taubat atas semua
perbuatannya dan mulai belajar syariat Islam. Demikian juga yang dilakukan Ki
ageng Mirah, karena peristiwa tersebut beliau kemudian berguru ke seorang
Kiyai.
00.58 |
Category: |
0
komentar
Comments (0)